
karebakini.com, MAKASSAR – Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 di Kota Makassar berlangsung meriah dengan kembalinya arak-arakan patung Dewa Cap Go Meh pada Minggu (02/02/2025). Setelah absen selama 11 tahun, festival budaya ini kembali menghiasi Jalan Sulawesi dan sekitarnya, disambut dengan antusiasme luar biasa dari ribuan peserta dan masyarakat.
Prosesi arak-arakan dimulai sekitar pukul 13.00 WITA dari Jalan Sulawesi, melintasi sejumlah ruas jalan utama seperti Jalan Sangir, Jalan Irian, dan Jalan Ahmad Yani, sebelum kembali ke titik awal. Ribuan warga memadati sepanjang rute, tak ingin melewatkan kemegahan tradisi yang sarat makna spiritual dan budaya Tionghoa.
Ketua Panitia Festival Cap Go Meh, Pdt. Roy Rusli, menyampaikan bahwa arak-arakan tahun ini melibatkan 12 klenteng serta lebih dari 20 organisasi Buddhis, dengan jumlah peserta diperkirakan mencapai 5.000 hingga 6.000 orang. Tak hanya diikuti oleh warga Makassar, festival ini juga menarik perhatian pengunjung dari luar daerah, bahkan dari luar Pulau Sulawesi, yang datang khusus untuk menyaksikan momen bersejarah dan penuh makna ini.
“Banyak peserta yang datang dari berbagai daerah seperti Bagansiapiapi, Jakarta, dan Parepare. Mereka hadir bersama suhu-suhunya untuk ikut meramaikan acara ini,” ujar Roy Rusli.
Festival ini juga mendapat perhatian dari berbagai pejabat penting di Sulawesi Selatan. Arak-arakan melewati lokasi tempat Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Fadjry Djufry, Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan, serta Kakanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid, yang turut menyaksikan jalannya prosesi dengan penuh antusiasme.
Sejumlah patung dewa yang diarak dalam festival ini antara lain Dewa Kwan Kong dan Dewi Kwan Im dari Klenteng Kwan Kong, Buddha Gautama—rupang tertua di Wihara Se Mien Fo—Brahma Empat Muka, Sien Tien San Thi, dan Pan Ko Thi Ong dari Vihara Girinaga, serta Dewa Pangk Ko Ong dari Klenteng Tjo Soe Kong di Takalar.

Dengan suksesnya perayaan ini, diharapkan tradisi arak-arakan patung Dewa Cap Go Meh dapat kembali menjadi bagian dari perayaan Imlek tahunan di Makassar, memperkuat keberagaman budaya dan mempererat hubungan antarumat beragama di Indonesia.
