Home Berita Andingingi Ritual Sakral Adat Kajang dalam Mendinginkan Bumi

Andingingi Ritual Sakral Adat Kajang dalam Mendinginkan Bumi

by karebadigitalmedia@gmail.com
0 comments

Karebakini.com, Bulukumba — Di sebuah gubuk sederhana, komunitas warga adat Suku Kajang berkumpul dengan mengenakan pakaian serba hitam dan tanpa alas kaki. Di dalam gubuk tersebut, tersaji sesajen (konre-konre) berupa hasil bumi yang dipersembahkan untuk dibacakan doa oleh Labiria, wakil Ammatoa.

Ritual Andingingi berlangsung di dalam hutan adat Kajang, yang terletak di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan bertujuan untuk “mendinginkan bumi.

Prosesi ritual diawali dengan pemercikan air suci oleh Labiria dan pemangku adat Suku Kajang. Air tersebut disebarkan kepada warga menggunakan 40 jenis daun yang diperoleh dari hutan adat. Secara harfiah, Andingingi berarti “mendinginkan”, yang mencerminkan filosofi masyarakat Kajang dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan.

Salah satu kaki warga adat suku Kajang yang tidak mengunakan alas kaki karena percaya bahwa manusia berasal dari tanah dan tidak boleh ada sekat antara tanah dan kaki manusia saat akan melakukan ritual ‘Andingingi’ di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual ‘andingingi’ atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Labiria atau wakil Ammatoa dan pemangku adat suku Kajang menyipratkan air suci menggunakan 40 jenis daun yang diperoleh dari hutan adat ke warga suku Kajang saat akan melakukan ritual ‘Andingingi’ di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Air sucii dipercaya untuk mengusir hal-hal buruk dari wilayah Suku Kajang.
Warga suku adat Kajang membakar salah satu alat ritual berupa lilin tradisional untuk diselipkan di sesajen saat akan melakukan ritual ‘Andingingi’ di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual ‘andingingi’ atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Labiria atau wakil Ammatoa dan pemangku adat suku Kajang membaca doa saat melakukan ritual ‘Andingingi’ di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual ‘andingingi’ atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.
Konre-konre atau sesajen dari hasil bumi disiapkan warga suku adat Kajang yang ditempatkan di beberapa titik saat akan melakukan ritual ‘Andingingi’ di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ada sejumlah sesajen disipakan dalam ritual ‘Andingingi’ diantaranya, sirih pinang, makanan dari ketan, ballo’ dan lauk pauk semuanya disusun dalam konre-konre
Warga suku adat Kajang Ammatoa membawa makanan dari hasil bumi saat akan melakukan ritual ‘Andingingi’ di Kawasan Adat Ammatoa, Moncong Buloa Desa Tambangan, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.Sabtu (07/09/2024 ). Ritual ‘andingingi’ atau acara makan bersama tersebut bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta menjadi ajang silahturahmi antar warga di daerah tersebut.

Foto dan naskah : Indra Abriyanto

You may also like

Leave a Comment